
YouTube: Sekretariat Presiden
SEMARANG – KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha sempat menyebut Ganjar Pranowo sebagai cucu dari Kyai Hisyam. Menurut Gus Baha, Mbah Hisyam adalah ulama yang sangat disegani dan dihormati.
“Wah saya kedatangan mantu kyai ini. Pak Ganjar iki putune Mbah Hisyam lho,” kata Gus Baha, ketika Ganjar berkunjung ke rumahnya, Rabu (2/2).
Siapakah Mbah Hisyam yang dimaksud Gus Baha?
Bagi Warga Purbalingga, nama tersebut tidak asing. Nama lengkapnya KH Hisyam Abdul Karim.
Mengutip dari situs Nahdlatul Ulama NU.or.id, kisah Kyai Hisyam diceritakan oleh KH Saifuddin Zuhri dalam bukunya “Guruku Orang-orang dari Pesantren” (1974). Pemimpin Pondok Pesantren Kalijaran Purbalingga itu bukan hanya kyai besar, tapi juga tokoh yang ikut berperang melawan penjajah.
Sanad keilmuannya terentang dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Hisyam muda berguru pada sejumlah kyai besar. Diantaranya Kiai Dahlan di Desa Kaliwangi Mrébét, Kyai Zuhdi di Pondok Leler Banyumas, dan Kyai Dahlan di Pondok Jampes Kediri.
Secara khusus, dalam bidang qiroatul Qur’an, Kiai Hisyam berguru kepada Kiai Yusuf Buntet Cirebon, dan Kiai Nuh Pager Aji Cilongok. Dalam bidang Thoriqoh, beliau berguru kepada Kiai Rifa’i Sokaraja.
Usai nyantri di berbagai pesantren, dengan restu sang guru, Syekh Dahlan Ihsan, KH Hisyam kemudian mendirikan Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin di Pedukuhan Sokawera, Desa Kalijaran, Karanganyar, Purbalingga.
Oleh jamaahnya, beliau biasa dipanggil Mbah Hisyam Kalijaran. Di kalangan Nahdiyin daerah Banyumasan, Mbah Hisyam dikenal sebagai ulama yang ampuh keilmuan sekaligus kanuragannya. Beliau juga sangat lekat di ingatan jamaahnya sebagai ulama yang murah senyum, lucu namun sangat dalam isi dakwahnya.
Uniknya, selain mengaji, para santri di Kalijaran juga dibekali ilmu-ilmu lain seperti baris-berbaris, belajar huruf morse, dan juga belajar pertolongan pertama dalam kecelakaan. Karena itulah , pondok itu dikenal sebagai pesantren perjuangan. Disitulah, tempat pengaderan para pejuang.
KH Hisyam selain menjadi pengasuh pesantren, juga aktif di NU. Dirinya tercatat pernah menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Purbalingga selama tiga periode, yakni periode tahun 1973-1975, 1975-1978, dan 1978-1983. Kiai Hisyam wafat pada Hari Kamis Kliwon 4 Jumadil Akhir 1410 H atau bertepatan dengan tanggal 12 Januari 1989 M.
Saat ini, Pesantren Kalijaran dikelola secara gotong royong oleh keturunannya. Satu di antaranya adalah cucu Kiai Hisyam, yaitu Siti Atikoh, istri Ganjar Pranowo.
Ganjar sendiri mengaku belum sekalipun menjumpai Kyai Hisyam. Namun cerita tentang karisma simbah mertuanya itu sering dia dapat. Bahkan ketika Ganjar sedang menunaikan umrah di tanah suci, dia bertemu dengan santri Kiai Hisyam. Santri itu bercerita Kyai Hisyam menunaikan ibadah haji tujuh kali.
Dalam perbincangan dengan Gus Baha, Ganjar juga bercerita saat ia mengunjungi rumah warga yang mendapat bantuan RTLH di Banjarnegara.
Ganjar kaget melihat ada foto Kyai Hisyam di rumah itu. Saat tahu kalau Ganjar adalah mantu Kyai Hisyam, orang itu langsung memeluk dan menciumi dirinya.
“Ternyata dulu itu beliau santrinya Kyai Hisyam. Lha saya itu kok langsung dirangkul, diambungi Gus,” kata Ganjar.
Gus Baha tertawa mendengar itu. Menurutnya, itu hal yang biasa di kalangan santri, istilahnya ngalap berkah sang kyai.
“Mesti langsung dicucup bun-bune (pasti langsung dicium ubun-ubunnya), ngalap berkah,” kata Gus Baha.(*)